Adat Toraja
Toraja merupakan salah satu suku yang ada di Sulawesi Selatan. Secara administratif, Toraja terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara. Acara adat yang terkenal dan unik di dunia menjadi salah satu ciri khas dari Toraja. Adapun ritual yang dimaksud, antara lain ritual Ma'nene, Sapu Randanan, Tombi Saratu’, dan Rambu Solo’, dan Rambu Tuka’. Selain itu, upacara adat juga diiringi dengan seni musik Toraja yang khas dengan gayanya yang unik, khususnya dalam dua perayaan adat Toraja, yaitu Rambu Tuka' dan Rambu Solo’.
1. Rambu Tuka’
Rambu Tuka’ merupakan upcara adat yang dilakukan saat perayaan panen, syukuran, dan pengabdian kepada rumah adat yang baru dibangun atau direnovasi. Perayaan adat di Toraja ini dilakukan untuk mempererat tali silaturahmi antar seluruh rumpun keluarga. Upacara ini dikenal sebagai Ma'Bua, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
Terdapat banyak tarian yang dilakukan dalam upacara adat Rambu Tuka’, antara lain Pa' Gellu, Gellu Tungga’, Pa’Tirra’, Pa’Burake, Ondo Samalele, Pa’Dao Bulan, Panimbong, Memanna, Pa' Boneballa, Maluya, dan lain-lain. Untuk musik dan tarian tersebut tidak diperbolehkan selama upacara Rambu Solo’, tetapi diperbolehkan selama ritual Rambu Tuka’.
2. Rambu Solo'
Sebagai penghormatan terakhir terhadap almarhum, suku Toraja memiliki tradisi yang memanggil anggota keluarga untuk mengadakan pesta di rumah mereka. Perlu diketahui bahwa upacara Rambu Solo' orang Toraja dipisahkan menjadi beberapa tingkatan berdasarkan ikatan sosial mereka, antara lain:
- Dipatallung Bongi, artinya upacara yang berlangsung selama tiga malam dan melibatkan pemotongan hewan di rumah.
- Dipalimang Bongi, artinya pemakaman lima malam dan melibatkan pemotongan hewan yang berlangsung di sekitar rumah.
- Dipapitung Bongi, artinya pemakaman yang berlangsung selama tujuh malam dan melibatkan pemotongan hewan setiap hari.
Upacara tertinggi sering terjadi dua kali setidaknya selama satu tahun. Upacara yang pertama, dikenal sebagai Aluk Pia, difokuskan pada Tongkonan keluarga yang berduka. Upacara yang kedua, dikenal sebagai upacara Rante, biasanya diadakan di "tempat khusus", karena menandakan puncak dari prosesi pemakaman. Upacara pemakaman ini biasanya mengikuti beberapa adat istiadat, seperti Ma'tundan, Mebalun (membungkus jenazah), Ma'roto (mengenakan ornament dari emas dan perak pada peti mati), Ma'Popengkalo Alang (menurunkan jenazah ke dalam lumbung untuk disemayamkan), dan Ma'Palao (yakni mengusung jenazah ketempat peristirahatan yang terakhir).
Upacara Rambu Solo’ mencakup berbagai kegiatan budaya yang menarik selain upacara adat, seperti berikut ini:
- Mapasilaga tedong (adu kerbau). Penting untuk dicatat bahwa kerbau di Tana Toraja memiliki ciri-ciri yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain, seperti memiliki tanduk yang membengkok ke bawah dan kerbau dengan kulit belang (tedang bonga). Tedong bonga sangat dihargai di Toraja dan terkadang bisa mencapai ratusan juta juta rupiah.
- Sisemba, yaitu perkelahian dengan saling menendang kaki.
- Tarian yang berhubungan dengan upacara Rambu Solo’, antara lain Pa'Dondi, Pa'Randing, Pa'Badong, Pa'Katia, Pa'papanggan, Passailo, dan Pa'pasilaga Tedong. Sedangkan untuk seni musik, seperti Unnosong, Pa'dali-dali, dan Pa'pompang, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan Rambu Solo’.
- Ma'tinggoro tedong, merupakan pemotongan kerbau dengan satu tebasan parang yang menjadi keunikan masyarakat Toraja. Biasanya, kerbau yang dibunuh ditambatkan pada sebuah batu yang disebut Simbuang Batu.
Seusai ritual Rambu Solo’ yang sekaligus sebagai upacara pemakaman Rambu Solo’, keluarga almarhum wajib menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Sang Pencipta.
3. Tempat Pemakaman
Masyarakat Toraja sangat menjunjung tinggi kematian, sehingga selain membuat prosesi pemakaman dan peti mati yang menyerupai binatang (Erong), mereka juga membuat “tempat peristirahatan terakhir” dengan lokasi yang strategis. Tentunya strata tidak dapat dibedakan dengan norma sosial yang mempengaruhi hak ekonomi individu dan masyarakat Toraja. Tempat penguburan yang khas adalah gua/tebing gunung atau dibangun tempat rumah yang disebut Pa'tane. Tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka.
Sangat menarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang tradisi Toraja menguburkan orang mati di tebing/liang gua. Contoh kuburan yang dijadikan sebagai objek wisata meliputi: Lemo, Londa, Bori’ Kalimbuang, Liang Tondon, Patane Pong Massangka, To’ Doyan, Buntu Pune, Tampang Allo, Ta’pan Langkan, Rante Kalimbuang, Situs Purbakala Sipore/Sirompa’, dan lain-lain.
Tidak ada komentar