Breaking News

Tokoh yang Memperjuangkan Keadilan

      1. Nelson Mandela

Lahir di Mvezo, Afrika Selatan, pada 18 Juli 1918, Nelson Rolihlahla Mandela adalah seorang politisi dan aktivis anti apartheid. Pada tanggal 5 Desember 2013, Mandela meninggal dunia di Johannesburg, Afrika Selatan. Mandela merupakan presiden pertama yang dipilih melalui pemilihan internasional dan rasial menjabat di Afrika sejak tahun 1994 hingga 1999. Dalam kepemerintahannya berkonsentrasi untuk menghilangkan dampak apartheid dengan mendorong perdamaian rasial dan menghilangkan prasangka, kemiskinan, dan ketidaksetaraan. Dari tahun 1991 hingga 1997, Mandela menjabat sebagai presiden African National Congress (ANC). Mandela merupakan seorang politikus nasionalis demokratis dan Afrika. Mandela juga menjabat sebagai sekretaris jenderal Gerakan Non-Blok dari pertengahan 1998 hingga 1999.

Suku Xhosa dan dinasti kerajaan Thembu adalah nenek moyang Mandela. Untuk belajar hukum, Mandela kuliah di University of Witwatersrand dan Fort Hare University. Setelah pindah ke Johannesburg, Mandela bergabung dalam African National Congress (ANC) dan menjadi anggota pendiri Liga Pemuda ANC. Selain itu, Mandela terlibat dalam politik anti kemapanan. Menyusul asumsi kekuasaan Partai Nasionalis Afrikaner pada 1948 dan penerapan apartheid, Mandela meraih popularitas selama kampanye pemberontakan ANC pada 1952, terpilih sebagai Presiden ANC Transvaal, dan berpartisipasi dalam Congress of the People 1955. Mandela diadili karena penipuan berkali-kali antara tahun 1956 dan 1961 karena posisinya sebagai pemimpin ANC dan kampanye agitasinya, tetapi Mandela akhirnya dibebaskan dari semua tuduhan. Terlepas dari anti-kekerasan awalnya, milisi Umkhonto we Sizwe (MK) yang Mandela dan Partai Komunis Afrika Selatan ciptakan pada tahun 1961 untuk melancarkan serangan bom terhadap target pemerintah. Mandela menerima hukuman seumur hidup setelah dinyatakan bersalah melakukan sabotase dan bersekongkol untuk menumbangkan pemerintah di pengadilan Rivonia pada tahun 1962.

Pertama kali ditahan di Pulau Robben, kemudian di penjara Pollsmoor dan Victor Verster, Mandela ditahan selama 27 tahun. Mengikuti gerakan global untuk pembebasannya, Mandela dibebaskan pada tahun 1990. Dengan harapan bahwa ANC akan menang setelah menerbitkan bukunya, Mandela melakukan tawar-menawar dengan Presiden F.W. de Klerk untuk menghapus apartheid dan mengadakan pemilihan etnis pada tahun 1994. Segera setelah dia dibebaskan presiden terpilih, Mandela mendirikan sistem pemerintahan yang melindungi persatuan negara. Saat menjabat sebagai presiden, Mandela mengeluarkan undang-undang baru dan membentuk komisi kebenaran dan penegakan hukum untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia sebelumnya. Selain itu, Mandela menyusun rencana untuk mengakhiri kemiskinan, meningkatkan akses ke perawatan kesehatan, dan membentuk kembali sistem hukum. Mandela campur tangan antara Libya dan Inggris dalam pengadilan pengeboman Pan Am Flight 103 dan memeriksanya. Selain itu, Mandela menyusun rencana untuk mengakhiri kemiskinan, meningkatkan akses ke perawatan kesehatan, dan membentuk kembali sistem hukum. Dalam kasus Pan Am Flight 103, Mandela menengahi antara Libya dan Inggris dan menyelidiki aksi militer di Lesotho. Setelah Mandela mengatakan tidak akan mencalonkan diri kembali untuk masa jabatan kedua, wakilnya, Thabo Mbeki, mengambil alih. Setelah itu, Mandela menjadi terkenal sebagai politisi yang terampil dan mengarahkan kegiatan amalnya melalui Nelson Mandela Foundation untuk mengakhiri kemiskinan dan HIV/AIDS.

Kritikus sayap kanan mencirikan Mandela sebagai teroris dan pendukung komunis sepanjang hidupnya yang penuh kontroversi. Meskipun demikian, Mandela menerima lebih dari 250 penghargaan, termasuk Hadiah Nobel Perdamaian 1993, Presidential Medal of Freedom of the United States, dan Order of Lenin dari Uni Soviet, untuk aktivisme anti-kolonial dan anti-apartheidnya. Nama keluarga Xhosa-nya, Madiba, atau Tata, lebih dikenal oleh orang Afrika Selatan yang menjunjung tinggi Mandela. Julukan "Bapak Bangsa" sering diterapkan pada Nelson Mandela.


2. Mahatma Gandhi

Pada tanggal 2 Oktober 1869, Gandhi lahir di negara bagian Gujarat, India. Keluarganya termasuk beberapa pegawai administrasi federal. Ketika dia masih muda, Gandhi pergi ke Inggris untuk belajar hukum. Dia pindah ke Afrika Selatan, negara yang diperintah oleh Inggris, di mana dia mengalami apartheid setelah menjadi pengacara. Untuk mengubah undang-undang yang diskriminatif ini, dia memutuskan untuk mencalonkan diri. Gandhi juga mendirikan gerakan anti kekerasan. Gandhi membantu kebebasan India dari dominasi Inggris setelah dia kembali ke negara asalnya. Persemakmuran membongkar Kerajaan Inggris setelah mendorong gerakan kemerdekaan di negara lain.

Penduduk dari semua etnis dan agama di India pada saat itu percaya bahwa negara itu harus dipecah menjadi banyak negara agar masing-masing kelompok dapat memiliki pemerintahannya sendiri. Banyak orang menginginkan negara terpisah untuk Muslim dan Hindu. Meski beragama Hindu, Gandhi terbuka terhadap konsep agama lain, seperti Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa warga negara dari semua agama harus menikmati hak yang sama dan hidup berdampingan secara damai di satu negara.

India memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947 dan dipecah menjadi Pakistan dan India. Gandhi tidak menerima ini.

Filosofi Satyagraha Gandhi, umumnya diterjemahkan sebagai " jalan yang benar " atau " jalan menuju kebenaran", telah mengilhami generasi Demokrat dan juru kampanye anti-rasisme, termasuk Martin Luther King Jr. dan Nelson Mandela. Gandhi biasanya menegaskan bahwa ide-idenya sederhana dan didasarkan pada prinsip-prinsip klasik Hindu: kejujuran (satya) dan non-kekerasan (ahimsa).

Seorang Hindu yang marah pada Gandhi karena pro-Muslim membunuhnya pada 30 Januari 1948.

Ajaran Gandhi berkembang di Indonesia selain perjuangan dunia untuk perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. Prinsip Gandhi, misalnya memotivasi Ibu Gedong Bagoes Oka untuk berjuang. Gandhi mendirikan Ashram Gandhi di Candi Dasa, Bali, sebagai tempat menyebarluaskan dan mempraktikkan ajarannya.

Orang sering mengacaukan nama yang diberikan Gandhi dengan Mahatma sebagai nama kecil Gandhi di Barat. Nama mahatma, merujuk dalam bahasa Sanskerta berasal dari maha (berarti besar) dan atma (berarti Jiwa). Rabindranath Tagore disebut telah menganugerahi Gandhi dengan gelar ini untuk pertama kalinya. Gandhi mengatakan dalam otobiografinya bahwa dia tidak suka dipanggil dengan gelar dan itu sering membuatnya kesal.

Kehidupan Mahatma Gandhi telah menjadi inspirasi dari banyak buku, film, dan media lainnya. Ben Kingsley, yang memerankan Gandhi dalam film Gandhi tahun 1982, memenangkan Oscar sebagai aktor terbaik. Biografi "The Making of the Mahatma", yang diterbitkan pada tahun 1996, merinci kehidupan Gandhi di Afrika Selatan. Hubungan antara Gandhi dan putranya Harilal diperlihatkan dalam film tahun 2007 “Gandhi, My Father”, yang diadaptasi dari film Bollywood tahun 2006 Lage Raho Munna Bhai, di mana Gandhi juga berperan sebagai pemeran utamanya.


3. Marsinah

Di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Marsinah bekerja sebagai aktivis dan buruh pabrik di PT. Catur Putra Surya (CPS). Dia berusia 24 tahun ketika meninggal pada 8 Mei 1993, dan lahir pada 10 April 1969. Pada 8 Mei 1993, dia diculik dan kemudian ditemukan tewas. Tiga minggu Jenazahnya ditemukan di Hutan Dusun Jegong Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk dengan tanda-tanda penganiayaan berat.

Haryono, pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk, dan Prof Dr Haroen Atmodirono, Direktur Forensik RSUD Dr Soetomo Surabaya, melakukan otopsi pertama dan kedua terhadap jenazah Marsinah. Mereka menyimpulkan bahwa Marsinah mengalami siksaan yang mengerikan sebelum meninggal dunia.

Marsinah menerima Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama. Catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO) untuk kasus ini adalah Kasus 1713.

Pada tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur menerbitkan Surat Edaran No 50/th. 1992 yang menginstruksikan pengusaha untuk menaikkan gaji karyawan sebesar 20% untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Karyawan menyambut dengan baik aturan ini, namun pengusaha akan menambahkan menaikkan biaya perusahaan karena beban pengeluaran. Pada pertengahan April 1993, para buruh di Perusahaan Catur Putra Surya dengan resah membahas surat edaran tersebut. Karyawan kantor CPS akhirnya memilih untuk protes pada 3 dan 4 Mei 1993 untuk meminta kenaikan gaji dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250.

Sebagai buruh di Catur Putra Surya, Marsinah turut mengikuti aksi buruh. Pada 2 Mei 1993, di Tanggul Angin, Sidoarjo, Marsinah ikut serta dalam aksi unjuk rasa dengan mengikuti rapat pengorganisasian unjuk rasa.

Pada tanggal 3 Mei 1993, karyawan mengajak teman mereka untuk mogok dari pekerjaan. Tentu hal ini membuat Komando Rayon Militer (Koramil) turun tangan untuk mencegah karyawan melakukan aksi buruh.

Pada tanggal 4 Mei 1993, para pekerja memulai aksi mogok nasional, dan salah satu dari 12 tuntutan mereka adalah agar perusahaan menaikkan upah minimum dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250, serta memperjuangkan tunjangan Rp. 550 per hari, yang merupakan pekerja yang absen.

Marsinah dan rekan-rekannya masih mengikuti kegiatan demonstrasi dan negosiasi sejak 5 Mei 1993. Marsinah menjadi salah satu dari lima belas karyawan perusahaan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.

Terdapat 13 pekerja yang dianggap menghasut untuk memulai demonstrasi pada 5 Mei siang tanpa Marsinah, yang kemudian dipindahkan ke Kodim setempat. Mereka terpaksa meninggalkan Perusahaan CPS. Mereka dituduh mengadakan pertemuan pribadi dan mencegah karyawan melapor untuk bekerja. Marsinah bahkan mendatangi Kodim Sidoarjo untuk mencari tahu keberadaan rekan-rekan kerjanya setelah sebelumnya Kodim memanggil mereka. Marsinah menghilang tak lama kemudian, sekitar pukul 10.00.

Mereka tidak bisa memastikan keberadaan Marsinah pada 6, 7, atau 8 Mei hingga sebelum ditemukannya telah meninggal pada 8 Mei 1993.


      4.     R.A Kartini

       Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat (1903). Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

      5.     Munir
Munir, Pahlawan Orang Hilang (1965-2004) (Hanafi Muhammad Nur)* Munir adalah pria sederhana yang bersahaja. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara Said Thalib dan Jamilah. Ia adalah seorang tokoh, seorang pejuang sejati, seorang pembela HAM di indonesia. Pria kelahiran Malang, 8 Desember 1965 ini adalah seorang aktivis muslim ekstrim yang kemudian beralih menjadi seorang Munir yang menjunjung tinggi toleransi, menghormati nilai-nilai kemanusiaan, anti kekerasan dan berjuang tanpa kenal lelah dalam melawan praktek-praktek otoritarian serta militeristik. Munir adalah seorang aktivis yang sangat aktif memperjuangkan hak-hak orang tertindas. Selama hidupnya ia selalu berkomitmen untuk selalu membela siapa saja yang haknya terdzalimi. Tidak gila harta, pangkat, jabatan, dan juga fasilitas. Ia membuktikannya dengan perbuatan. Ketika ia mendapatkan hadiah ratusan juta rupiah sebagai penerima "The Right Livelihood Award" ia tidak menikmatinya sendiri, melainkan membagi dua dengan Kontras, dan sebagian lagi diserahkan kepada ibunda tercintanya. Di tengah maraknya pejabat berebut fasilitas, Munir malah tidak tergoda. Ia tetap menggunakan sepeda motor sebagai teman kerjanya. Seorang tokoh kelas dunia yang sangat bersahaja. Gelar SH didapatkannya dari sebuah universitas terkemuka di Malang, Unibraw. Selama menjadi mahasiswa, Munir dikenal sebagai aktivis kampus yang sangat gesit. Ia pernah menjadi Ketua senat mahasiswa fakultas hukum Unibraw pada tahun 1998, koordinator wilayah IV asosiasi mahasiswa hukum indonesia pada tahun 19989, anggota forum studi mahasiswa untuk pengembangan berpikir di Unibraw pada tahun 1988, Sekretaris dewan perwakilan mahasiswa hukum Unibraw pada tahun 1988, sekretaris al-Irsyad cabang Malang pada 1988, dan menjadi anggota Himpunan Mahsiswa Islam (HMI). Munir mewujudkan keseriusannya dalam bidang hukum dengan cara melakukan pembelaanpembelaan terhadap sejumlah kasus, terutama pembelaannya terhadap kaum tertindas. Ia juga mendirikan dan bergabung dengan berbagai organisasi, bahkan juga membantu pemerintah dalam tim investigasi dan tim penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU). Beberapa kasus yang pernah ia tangani yaitu pada kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak melawan pemerintahan Indonesia untuk memerdekakan Timor timur dari Indonesia pada 1992, kasus Marsinah (seorang aktivis buruh) yang dibunuh oleh militer pada tahun 1994, menjadi penasehat hukum warga Nipah, Madura, dalam kasus pembunuhan petani-petani oleh militer pada tahun 1993, menjadi penasehat hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan, dalam kasus kerusuhan di PT.Chief Samsung, dengan tuduhan sebagai otak kerusuhan pada tahun 1995, Penasehat hukum Muhadi (sopir) yang dituduh melakukan penembakan terhadap seorang polisi di Madura, Jawa Timur pada 1994, penasehat hukum para korban dan keluarga Korban Penghilangan Orang secara paksa 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada tahun 1997 hingga 1998, penasehat hukum korban dan keluarga korban pembantaian dalam tragedi Tanjung Priok 1984 hingga 1998, penasehat hukum korban dan keluarga korban penembakan mahasiswa di Semanggi I (1998) dan Semanggi II (1999), penasehat hukum dan koordinator advokasi kasuskasus pelanggaran berat HAM di Aceh, Papua, melalui Kontras. Termasuk beberapa kasus di wilayah Aceh dan Papua yang dihasilkan dari kebijakan operasi Militer. Munir juga aktif di beberapa kegiatan advokasi dalam bidang perburuhan, pertanahan, Lingkungan, Gender dan sejumlah kasus pelanggaran hak sipil dan politik. Pada Tahun 2003, Munir bersikeras untuk ikut dengan sejumlah aktivis senior dan aktivis pro demokrasi mendatangi DPR paska penyerangan dan kekerasn yang terjadi di kantor Tempo, padahal ia masih diharuskan beristirahat oleh dokter. Pada tahun 2004, Munir juga bergabung dengan Tim advokasi SMPN 56 yang digusur oleh Pemda. Selain itu, ia juga seorang yang aktif menulis di berbagai media cetak dan elektronik yang berkaitan dengan tema-tema HAM, Hukum, Reformasi Militer dan kepolisian, Politik dan perburuhan. Munir adalah sosok pemberanni dan tangguh dalam meneriakkan kebenaran. Ia adalah seorang pengabdi yang teladan, jujur, dan konsisten. Berkat pengabdiannya itulah, ia mendapatkan pengakuan yang berupa penghargaan dari dalam negeri dan luar negeri. Di dalam negeri, ia dinobatkan sebagai Man Of The Year 1998 versi majalah UMMAT, penghargaan Pin Emas sebagai Lulusan UNIBRAW yang sukses, sebagai salah seorang tokoh terkenal Indonesia pada abad XX, Majalah Forum Keadilan. Semenatara di luar negeri, ia dinobatkan menjadi As Leader for the Millennium dari Asia Week pada tahun 2000, The Right Livelihood Award (Alternative Nobel Prizes) untuk promosi HAM dan kontrol sipil atas militer, Stockholm pada December 2000, dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize atas usahausahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti Kekerasan, Paris, November 2000. Wafat Munir wafat pada tanggal 7 September 2004, di pesawat Garuda GA-974 kursi 40 G dalam sebuah penerbangan menuju Amsterdam, Belanda. Perjalanan itu adalah sebuah perjalanan untuk melanjutkan study- nya ke Universitas Utrecht. Ia dibunuh dengan menggunakan racun arsenik yang yang ditaruh ke makanannya oleh Pollycarpus Budihari Priyanto. Pollycarpus adalah seorang pilot Garuda yang waktu itu sedang cuti. Dan pada saat keberangkatan Munir ke Belanda, secara kontroversial ia diangkat sebagai corporate security oleh Dirut Garuda. Sampai sekarang, kematian seorang Munir, sang Pahlawan orang Hilang, sang pendekar HAM ini masih sebuah misteri. Jenazahnya dimakamkan di taman makam umum kota Batu. Ia meninggalkan seorang istri bernama Suciwati dan dua orang anak, yaitu Sultan Alif Allende dan Diva. Sejak tahun 2005, tanggal kematian Munir, 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai Hari Pembela HAM Indonesia.

       6.      Marthen Agapa
Marthen Agapa adalah seorang aktivis kemanusiaan dan Pro Kemerdekaan dari Parlemen Jalanan (Parjal) di Kota Jayapura. Dia pemberani dan pejuang keadilan di negeri Papua. Dia juga sebagai pembela perdamaian di negeri Papua. Seorang anak adat Papua selalu memperlihatkan wajah kepapuaan melalui berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang beliau jalani adalah Sol Sepatu, pedagang piara ternak ayam dan selain sebagai aktivis Papua.
Berbagai ungkapan adalah sejauh saya ada, maka saya akan berbicara akan keadilan. Ungkapan lainnya yakni sikap revolusioner adalah hidupku. Ungkapan selanjutnya adalah hidup akan berarti jika saya bersama anak-anak di Jalanan. Ungkapan-ungkapan tersebut menjadi inspirasi dan motivasi beliau dalam perjuangan meraih impian yakni keadilan sepenuhnya di negeri ini.
Saya berpikir bahwa dia adalah seorang tokoh yang bermain di belakang layar demi keadilan di negeri ini. Dia patut dihargai sebagai orang komunikatif dan bisa kompromi dalam perjuangan. Beliau selalu memimpin rapat, pertemuan-pertemuan, memimpin demonstrasi dan mengadakan diskusi-diskusi terbuka maupun tertutup. Walau demikian dalam perjalanannya beliau mengalami tantangan dengan dirinya karena ditabrak oleh orang yang tak dikenal sehingga tulang tangan patah. Namun beberapa bulan kemudian lekas sembuh dan aktivitasnya kembali seperti biasanya. Dengan sebuah kata JIKA BADAI MENIMPA, MAKA SAYA MENGHALAU BADAI DENGAN SIKAP KESABARAN DEMI MERAIH MUTIARA KASIH DEMI TANAH INI.
Kata ini sebagai sebuah tombak untuk hadir dalam diskusi dan seminar-seminar di kalangan organ Parjal sendiri maupun organ lainnya termasuk faksi-faksi lainnya di Papua. Wajah beliau hadir dan ada dalam sebuah pertemuan terakhir dalam seminari tentang “PEMEKARAN DI TANAH PAPUA” (Sebuah Tantangan Bagi Eksistensi Orang Asli Papua di Era Otsus) di Aula St Yoseph STFT-Fajar Timur Abepura, 6 Juni 2012. Dalam seminar dan diskusi selanjutnya beliau tidak memperlihatkan wajahnya di Kampus Yerusalem Baru. Demikian pun diskusi dan seminar-seminar di tempat lain belum terlihat wajah ketampangan beliau. Ketampangan dalam diskusi dan seminari selalu saja muncul pertanyaan-pertanyaan kritis dan kritik dengan analisa sosial yang wajar. Namun beberapa bulan terakhir ini belum terlihat karena gangguan kesehatan beliau.
Pada akhirnya, 8 Februari 2013 pukul 11.00 siang terdengarlah bahwa beliau telah dipanggil Allah. Beliau menghembuskan nafas dan kehidupan terakhir yang menjadi awal hidup bersama-Nya di rumah sakit Abepura Papua. Allah telah mengambilnya dan Dialah yang menentukan akhir hidup manusia. Dialah yang telah mengutus beliau dan kini beliau kembali di hadapan-Mu. Terimalah beliau ini di sisi kanan-Mu ya Allah Bapa di Surga.

      7.     Abraham Lincoln
  
Abraham Lincoln, lahir di Hardin Country, Kentucky pada tanggal 12 Februari 1809. Lincoln merupakan presiden Amerika Serikat ke-16 sejak 4 Maret 1861. Sebelum menjadi presiden, Lincoln berprofesi sebagai pengacara, anggota legislatif Illinois, anggota DPR Amerika Serikat, dan dua kali gagal dalam pemilihan anggota senat. Bahkan dirinya pernah bekerja sebagai pembelah kayu pagar, menjadi tentara, menjadi juru tulis, mengurus kedai, dan kepala kantor pos. Lincoln dilahirkan dari keluarga yang miskin dan tak berpendidikan. Lincoln hanya mengecap pendidikan selama kira-kira setahun, tetapi dalam waktu singkat ia dapat membaca, menulis, dan berhitung. Ketika beranjak dewasa ia berusaha keras untuk menambah pengetahuannya dengan cara menggunakan sebaik-baiknya semua buku yang dapat dia baca hingga akhirnya ia berhasil menjadi ahli hukum pada usia 28 tahun.  Kerja keras Lincoln mulai dari anak-anak hingga dewasa menjadikan ia orang yang hebat. Lincoln terpilih  menjadi presiden karena menentang perbudakan dan memperoleh banyak dukungan sehingga mengalahkan pihak negara konfederasi Amerika yang pro terhadap perbudakan. Lincoln meninggal di Washington D.C. pada 15 April 1865 saat berumur 56 tahun karena dibunuh. Presiden Lincoln tertembak di Teater Ford, Washington, Amerika Serikat, pada 14 April 1865 dan meninggal keesokan harinya. Pembunuhnya adalah John Wilkes Booth, salah seorang pendukung konfederasi. Presiden Lincoln dimakamkan di Springfield, AS dan dikenang Amerika dan dunia sebagai pejuang demokrasi karena jasa-jasanya. Lincoln dikenal sebagai orang yang cerdik dan keras dalam memperjuangkan hak-hak rakyat. Dia juga dianggap sebegai presiden AS yang paling hebat sepanjang sejarah Amerika.


2 komentar: